KERAJAAN PAGARUYUNG
__
Laporan
Bacaan 1
"Kerajaan Pagaruyung"
Nama :
Ananda Vidia Maharani
NIM
: 21016005
Dosen
Pengampu : Dr. Abdurahman,M.Pd
A.
PENDAHULUAN
Kerajaan Pagaruyung (bahasa minangkabau : Karajaan
Pagaruyuang) adalah kerajaan yang pernah berdiri di Sumatra, wilayahnya
terdapat di dalam provinsi Sumatera Barat dan sebagian
provinsi Riau sekarang.
Nama kerajaan ini dirujuk dari nama
pohon Nibung atau Ruyung, selain itu juga dapat dirujuk dari
inskripsi cap mohor Sultan Tangkal Alam Bagagar dari
pagaruyung, yaitu pada tulisan beraksara Jawi dalam lingkaran
bagian dalam yang dalam bahasa latin berbunyi "Sulthān Tunggal Alam
Bagagar ibnu Sulthān Khalīfatullāh yang mempunyai tahta kerajaan dalam
negeri Pagaruyung Dārul Qarār Johan Berdaulat Zhillullāh fīl
'Ālam". Kerajaan ini runtuh pada masa Perang Padri, setelah
ditandatanganinya perjanjian antara Kaum adat dengan pihak Belanda
yang menjadikan kawasan Kerajaan Pagaruyung berada dalam pengawasan Belanda.
B. PEMBAHASAN
1. Sejarah Pendirian
Sejarah
berdirinya Kerajaan Pagaruyung belum dapat diketahui dengan pasti dikarenakan
sumber sejarah yang tidak begitu jelas. Dari Tambo yang
diterima oleh masyarakat Minangkabau tidak ada yang memberikan penanggalan
dari setiap peristiwa-peristiwa yang diceritakan, bahkan jika menganggap
Adityawarman sebagai pendiri dari kerajaan ini, Tambo sendiri juga tidak
jelas menyebutkannya. Namun dari beberapa prasasti yang ditinggalkan oleh
Adityawarman, menunjukan bahwa Adityawarman memang pernah menjadi raja di negeri
tersebut, tepatnya menjadi Tuhan Surawasa, sebagaimana penafsiran
dari Prasasti Batusangkar.
2. Pengaruh Hindu-Budha
Pengaruh Hindu-Budha di Sumatra bagian tengah telah
muncul kira-kira pada abad ke-13, yaitu dimulai pada masa
pengiriman Ekspedisi Pamalayu oleh Kertananegara, dan kemudian
pada masa pemerintahan Adityawarman dan putranya Ananggawarman. Kekuasaan
dari Adityawarman diperkirakan cukup kuat mendominasi wilayah Sumatra bagian
tengah dan sekitarnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan gelar Maharajadiraja yang
disandang oleh Adityawarman seperti yang terpahat pada bahagian
belakang Arca Amoghapasa, yang ditemukan di hulu sungai Batang
Hari (sekarang termasuk kawasan Kabupaten Dhamasraya)
3. Pengaruh Islam
Pengaruh islam di Pagaruyung berkembang kira-kira pada abad ke-16, yaitu melalui para musafir dan guru agama yang singgah atau datang dari Aceh dan Malaka. Salah satu murid ulama Aceh yang terkenal Syaikh ABdurrauf Singkir (Tengku Syiah Kuala), yaitu Syaikh Burhanudin alakkan, adalah ulama yang dianggap pertama-tama menyebarkan agama Islam di Pagaruyung. Pada abad ke-17, Kerajaan Pagaruyung akhirnya berubah menjadi kesultanan Islam. Raja Islam yang pertama dalam tambo adat Minangkabau disebutkan bernama Sultan Alif.
Penamaan negari Sumpur Kudus yang mengandung kata kudus yang berasal dari kata Quddūs (suci) sebagai tempat kedudukan Rajo Ibadat dan Limo Kaum yang mengandung kata qaum jelas merupakan pengaruh dari bahasa Arab atau Islam. Selain itu dalam perangkat adat juga muncul istilah Imam, Khatik(Khatib), Bila (Bilal), Malin (Mu'alim) yang merupakan pengganti dari istilah-istilah yang berbau Hindu dan Buddha yang dipakai sebelumnya misalnya istilah Pandito (pendeta).
4. Hubungan dengan Belanda dan Inggris
Pada awal abad ke-17, kerajaan ini terpaksa harus mengakui kedaulatan Kesultanan Aceh, dan mengakui para gubernur Aceh yang ditunjuk untuk daerah pesisir pantai barat Sumatra. Namun sekitar tahun 1665, masyarakat Minang di pesisir pantai barat bangkit dan memberontak terhadap gubernur Aceh. Dari surat penguasa Minangkabau yang menyebut dirinya Raja Pagaruyung mengajukan permohonan kepada VOC, dan VOC waktu itu mengambil kesempatan sekaligus untuk menghentikan monopoli Aceh atas emas dan lada
Ketika VOC berhasil mengusir Kesultanan Aceh dari pesisir Sumatra Barat tahun 1666,melemahlah pengaruh Aceh pada Pagaruyung. Hubungan antara daerah-daerah rantau dan pesisir dengan pusat Kerajaan Pagaruyung menjadi erat kembali. Saat itu Pagaruyung merupakan salah satu pusat perdagangan di pulau Sumatra, disebabkan adanya produksi emas di sana. Demikianlah hal tersebut menarik perhatian Belanda dan Inggris untuk menjalin hubungan dengan Pagaruyung.
Sekitar tahun 1750 kerajaan Pagaruyung mulai tidak menyukai keberadaan VOC di Padang dan pernah berusaha membujuk Inggris yang berada di Bengkulu, bersekutu untuk mengusir Belanda walaupun tidak ditanggapi oleh pihak Inggris.Walaupun kemudian setelah pihak Belanda maupun Inggris berhasil mencapai kawasan pedalaman Minangkabau, tetapi mereka belum pernah menemukan cadangan emas yang signifikan dari kawasan tersebut.
5. Runtuhnya Pagaruyung
Pada awal abad ke-19 pecah konflik antara Kaum Padri dan Kaum Adat. Dalam beberapa perundingan tidak ada kata sepakat antara mereka. Seiring itu dibeberapa negeri dalam kerajaan Pagaruyung bergejolak, dan puncaknya Kaum Padri dibawah pimpinan Tuanku Pasaman menyerang Pagaruyung pada tahun 1815.Karena terdesak oleh Kaum Padri, keluarga kerajaan Pagaruyung meminta bantuan kepada Belanda, dan sebelumnya mereka telah melakukan diplomasi dengan Inggris sewaktu Raffles mengunjungi Pagaruyung serta menjanjikan bantuan kepada mereka.Sultan Tangkal Alam Bagagarsyah beserta 19 orang pemuka adat lainnya menandatangani perjanjian dengan Belanda untuk bekerja sama dalam melawan Kaum Padri. Walaupun sebetulnya Sultan Tangkal Alam Bagagar waktu itu dianggap tidak berhak membuat perjanjian dengan mengatasnamakan kerajaan Pagaruyung.
Akibat dari perjanjian ini, Belanda menjadikannya sebagai tanda penyerahan kerajaan Pagaruyung kepada pemerintah Belanda.Namun ambisi kolonial Belanda tampaknya membuat kaum adat dan Kaum Padri berusaha melupakan perbedaan mereka dan bersekutu secara rahasia untuk mengusir Belanda. Pada tanggal 2 mei 1833 Sultan Tangkal Alam Bagagar ditangkap oleh Letnan Kolonel Elout di Batusangkar atas tuduhan pengkhianatan. Ia dibuang ke Batavia (Jakarta sekarang) sampai akhir hayatnya, dan dimakamkan di pekuburan Mangga Dua. Setelah kejatuhannya, pengaruh dan prestise kerajaan Pagaruyung tetap tinggi terutama pada kalangan masyarakat Minangkabau yang berada di rantau.
6. Wilayah Kekuasaan
Secara lengkapnya, di dalam tambo dinyatakan bahwa Alam Minangkabau (wilayah Kerajaan Pagaruyung) adalah sebagai berikut:
- Nan salilik Gunuang Marapi
- Saedaran Gunuang Pasaman
- Sajajaran Sago jo Singgalang
- Saputaran Talang jo Kurinci
- Dari Sirangkak nan Badangkang
- Hinggo Buayo Putiah Daguak
- Sampai ka Pintu Rajo Hilia
- Hinggo Durian Ditakuak Rajo
- Sipisau-pisau Hanyuik
- Sialang Balantak Basi
- Hinggo Aia Babaliak Mudiak
- Sailiran Batang Bangkaweh
- Sampai ka ombak nan badabua
- Sailiran Batang Sikilang
- Hinggo lauik nan sadidieh
- Ka timua Ranah Aia Bangih
- Rao jo Mapek Tunggua
- Gunuang Mahalintang
- Pasisia Banda Sapuluah
- Taratak Aia Hitam
- Sampai ka Tanjuang Simalidu
- Pucuak Jambi Sambilan Lurah
| - Daerah Luhak Nan Tigo
- Daerah di sekeliling GUunung Pasaman
- Daerah sekitar Gunung Sago dan Gunung Singgalang
- Daerah sekitar Gunung Talang dan Gunung Kerinci
- Daerah Pariangan Padang Panjang dan sekitarnya
- Daerah di Pesisir Selatan hingga Muko-Muko
- Daerah Jambi sebelah barat
- Daerah yang berbatasan dengan Jambi
- Daerah sekitar Indagiri Hulu hingga Gunung Sahilan, Kampar
- Daerah sekitar Gunung Sailan dan Singingi
- Daerah hingga ke rantau pesisir sebelah timur
- Daerah sekitar Danau Singkarak dan Batang Ombilin
- Daerah hingga Samudra Indonesia
- Daerah sepanjang pinggiran Batang Sikilang, Pasaman Barat
- Daerah yang berbatasan dengan Samudra Indonesia
- Daerah sebelah timur Air Bangis
- Daerah di kawasan Rao dan Mapek tunggua
- Daerah perbatasan dengan Tapanuli Selatan
- Daerah sepanjang pantai barat Sumatra
- Daerah sekitar Silauik dan Lunang
- Daerah hingga Tanjung Simalidu
- Daerah sehiliran Batang hari
|
C. PENUTUP
Kerajaan Pagaruyung termasuk salah satu kerajaan di nusantara yang pernah mengalami masa Hindu-Buddha kemudian berubah menjadi bercorak Islam. Kerajaan Pagaruyung kemudian resmi berubah menjadi kesultanan Islam pada abad ke-17, pada masa pemerintahan Sultan Alif. Letak Kerajaan Pagaruyung berada di Provinsi Sumatera Barat dan sebagian Provinsi Raiu sekarang. Setelah hampir lima abad berkuasa, kerajaan ini runtuh dalam peristiwa yang dikenal sebagai Perang Padri.
peninggalan kerajaan pagaruyung yang masih dapat dijumpai hingga saat ini adalah Istana Pagaruyung, Makam raja Pagaruyung, Prasasti Batusangkar, Prasasti Suruaso Prasasti Bandar Bapahat. wilayah kekuasaan pagaruyung secara lengkap dilihat di dalam tambo.
Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Pagaruyung
https://www.kompas.com/stori/read/2021/08/09/130000079/kerajaan-pagaruyung--sejarah-letak-pendiri-dan-peninggalan?page=all
Komentar
Posting Komentar